kelas 9A SMP idola,
jam pelajaran belum dimulai, sebagian anak anak masih belum datang, adapun sebagian yang sudah datang.. termasuk rio, deva, dan alvin.
"yo.. lo udah ngerjain tugas bahasa inggris belum??" tanya deva
"udah dong... lo pasti belum??" jawabnya sambil memakan snack chitato favoritnya
"belum... hehe nyontek dong..." katanya sambil senyum senyum ngga jelas.
"jangan dikasih yo!! kebiasaan si deva, pr dikerjain di sekolah,, turutin rio dong!! walaupun dia sakit tapi dia tetep rajin.." larang alvin
"vin.. tolong jangan bawa bawa penyakit gue.." kata rio sedikit marah dan memberikan buku catatannya kepada deva
"oh.. sorry yo bukan maksud gue..."
"hukh.. lo sih!! ngomong dijaga!"
"udah udah gapapa.. santai aja kali,," dengan senyuman andalannya
jam pelajaran pun dimulai. bu ira wali kelas 9A masuk ke kelas dan mengumumkan sesuatu yang penting.
"selamat pagi anak anak.."
"selamat pagi bu.."
"hari ini kalian akan kedatangan teman baru pindahan dari surabaya"
"siapa bu?? cewe ato cowo?? kalo cowo lebih baik jangan di kelas ini deh.." kata deva pede disambut suara riuh anak anak cewe..
"sudah sudah tenang.. ibu akan panggilkan murid baru itu"
beberapa menit kemudian, masuklah murid baru yang dimaksud bu ira tersebut. seluruh siswa terutama cowok langsung seperti terhipnotis melihat wajah sang murid baru tersebut"
"baiklah.. silahkan perkenalan terlebih dahulu" ucap bu ira
"hai semua.. selamat pagi. perkenalkan nama saya sivia saya pindahan dari surabaya. mohon bantuannya." ucapnya manis.
"baik. cukup.. silahkan duduk di samping...."
"sama saya saja bu!! vin.. lo cari tempat lain sana.." ucap deva
"apa sih lo dev.." bu ira hanya tersenyum melihatnya
"silahkan kamu duduk disamping zevana.."
pelajaran dimulai seperti biasa, anak anak sepertinya kurang konsen dengan mata pelajaran yang mereka ikuti. tetapi 5 menit kemudian hal yang ditunggu tunggu datang. BEL ISTIRAHAT..
anak anak langsung keluar untuk menghirup udara segar..
"yo.. kita ke kantin yuk.." ajak alvin
"ayo.. gue juga laper.."
sepanjang lorong anak anak cewek sibuk memperhatikan rio. ya.. rio adalah cowok paling favorit di SMP idola, ngga salah kalo banyak cewe yang naksir dia,
"yo.. napa lo ngga pilih salah 1 dari mereka?" tanya deva
"buat apa?"
"buat jadi pacar lah.."
"haha gue belum mau pacaran"
"akh payah lo.. padahal kesempatan terbuka lebar"
saat memesan makanan, wajah rio tiba tiba terlihat pucat dan keringatan, deva dan alvin segera membawa rio ke meja.
"yo.. lo gapapa kan? kita ke kelas aja" ajak alvin.
"udah gapapa, kalian pesen makanan aja. gue nitip ya.."
"yakin lo??"
"iya.."
dikantin, alvin dan deva kembali ke meja makan dan melihat wajah rio sudah tidak begitu pucat lagi, mereka terlihat senang. rio pun sepertinya sudah sedikit tenang
"yo.. gimana keadaan lo? udah baikan?" tanya deva
"udah va, tenang aja.."
"ya udah, sekarang kita makan yuk.. ini yo bubur buat lo..." kata lavin sambil menyodorkan semangkuk bubur, rio pun terlihat bingung.
"kenapa lo yo?"
"gue kan ngga pesen bubur,,"
"lo lagi sakit yo,, jangan makan yang aneh aneh, ntar lu drop lagi,, apalagi bentar lagi kita mau menghadapi UN gimana kalo lo gg bisa ikutan??" kata alvin persis seperti bapak menasihati anaknya
"tumben lo perhatian ma gue. ya udah gue makan"
saat mereka sedang asyik makan, datang lah zevana dan sivia.. sepertinya mereka kehabisan tempat duduk padahal mereka sudah membawa makanan.
rio yang melihat mereka berdua tampak kebingungan, dengan cepat memanggil mereka untuk bergabung,,
"ze..." teriaknya dengan suara agak serak, zevana dan sivia pun menoleh dan menghampiri rio
"ada apa yo??"
"lo makan disini aja.. masih cukup kok... vin dev, geser dong... lo ngga liat ada cewek kesusahan" perintahnya
akhirnya mereka pun makan bersama , mereka mulai mengobrol 1 sama lain begitu pun dengan sivia, dia terlihat senang bergabung dengan mereka.
"via... kenapa lo senyum senyum gitu?" tanya zevana, sivia yang dari tadi bengong terlihat sedikit kaget
"hah?? gapapa kok.. aku seneng aja bisa gabung ma kalian"
"haha iya dong!! kita kan orangnya asik asik semua.." ujar deva
"iya.. tapi kayaknya ngga buat lo.. bukannya lo orangnya garing ya?" ledek alvin disambut jitakan maut dari deva
"aw.. apa apaan sih lo.." kata alvin kesal
rio sivia dan zevana hanya tertawa melihat tingkah laku alvin dan deva
bel tanda masuk pun berbunyi, mereka kembali ke kelas masing masing,,
saat itu jam pelajaran olah raga, udara pun sedang panas panasnya.. tapi anak anak sepertinya tidak memperdulikan cuaca tersebut..
" siang anak anak" kata pa duta memulai pelajaran
"hari ini udara sangat panas sekali, apa kalian tetap semangat untuk olahraga??"
"kami tetap ingin olahraga pak.. olahraga kan sehat.." kata deva..
"hukh lo sih omong doang.. minggu lalu aja lo pingsan cuma gara gara main bola.." kata alvin disambut tawa anak anak
"akh lo ini bikin malu gue aja.."
"sudah sudah.. rio apa kau tetap ingin olahraga?? bapak takut terjadi apa apa dengan kamu.."
"tidak pak, saya sehat sehat saja.." kata rio membela diri
di jajaran lain, sivia bertanya kepada zevana mengapa pak duta terlihat khawatir kalo rio olahraga.
"aku juga ngga tau. seperti ada yang disembunyikan dari pihak guru dan alvin deva. mereka tidak ingin memberitahu tentang hal ini kepada kita" mendengar penjelasan zevana, sivia jadi penasaran, apa yang terjadi dengan rio sebenarnya..
jam pelajaran pun dimulai, anak anak semangat sekali untuk berolahraga termasuk rio. dia berlari sana sini untuk mengambil dan mejaga bola..
tapi, selang 1 jam dari mulai pelajaran olga, rio terlihat sedikit lemah dan mulai tidak karuan arah gerakannya, alvin yang melihat hal ini langsung menghampiri rio.
"yo.. lo gapapa? biar gue ganti" bukannya menjawab, rio malah jatuh pingsan!!! teman teman yg lain langsung menghampiri rio dan menggotongnya ke ruang UKS sementara pak duta menelepon ayah rio.
sekitar setengah jam, ayah rio datang dan membawa rio pulang.. anak anak cemas melihat keadaan rio.
"dev, sebenarnya ada apa dengan rio?" tanya sivia
"sorry gue ngga bisa ngasih tau lo, rio yang larang gue sama alvin untuk ngga menceritakan semuanya" sivia pun tidak berani memaksa lebih lanjut
di rumah sakit
"keadaan rio sedikit agak lemah sepertinya dia terlalu bersemangat hingga tidak memperhatikan kondisinya dan akhirnya jatuh pingsan. kalo ini terjadi terus, penyakit rio bisa bertambah parah" jelas pa dokter
"anak ini susah sekali untuk diberitahu, dia terlalu asyik dengan aktivitasnya"
"tadi rio cuma kecapekan aja.. ngga usah terlalu khawatir gitu" ujar rio yang sedang terbaring membela diri. dokter hanya mengelus elus rambut rio sambil tersenyum
di rumah rio
rio segera memijit hapenya dan menghubungi deva agar bisa datang ke rumahnya begitupun ke alvin.
sekitar 20 menit mereka sudah tiba di rumah rio..
"gimana keadaan lo?" tanya deva
"sedkit lebih baik"
"satu kelas cemas begitu melihat lo pingsan.." ujar alvin
"termasuk sivia, bahkan dia nanya ke gue apa yang terjadi sama lo" sambung deva
"lo kasih tau dia??"
"ngga.. gue udah janji ke lo" kata deva disambut senyum rio.
"sivia... cewek itu emang beda dari yang lain.." ujar rio, deva dan alvin saling berpandang tanda curiga
"lo suka sama dia??" teriak mereka berbarengan
"haha kalian ini ngomong apa.. keadaan gue aja kayak gini gimana gue bisa suka ke sivia?"
"yo.. lo ini ngomong apa.. jangan mentang mentang keadaan lo kayak gini, lo jadi ngga mau nembak cewek.. apa karena lo sakit lo jadi kehilangan semangat buat itu?"
"bukan maksud gue gitu vin.."
"udah udah.. sekarang kita berdua mau begitu perpisahan lo harus nembak sivia!!" ujar deva
"hah?? gila lo.."
"harus mau.."
dalam hati, rio emang sedikit merasa tertarik dengan sivia, tapi dia tidak mau sivia mengetahui kalau ternyata rio mempunyai penyakit yang mungkin suatu saat akan merenggut nyawa rio. tapi, apa yang dikatakan alvin benar. jadi dia menyetujui itu..
"ok.. gue setuju..." kata rio disambut senyuman puas dari alvin dan deva
besoknya di sekolah sepertinya alvin dan deva sudah merencanakan hal ini,
saat pembagian kelompok ipa yg terdiri dari 1 cowok dan 1 cewek, dengan kompak deva langsung menyebut nama rio dan sivia agar menjadi 1 kelompok. bu winda pun akhirnya setuju..
deva dan alvin langsung tersenyum lebar
"kalian ini apa apaan sih??" kata rio
"apa apaan gimana?" jawab alvin enteng
"kalian ngapain nyalonin gue sama sivia?"
"bagus dong.. itu kan bakal jadi awal kedekatan lo sama dia..."
"tapi ngga gini caranya.. masa kita ngerjain ini cuma berdua?" kata rio ngga mau kalah
"emang lo mau ngerjain tugas ini sama anak anak 1 kelas??" kata alvin
"udah tenang aja.. gue kan sama zevana, nah si alvin sama keke. ntar kita kerjain bareng di rumah lo tugas ini. biar lo ngga sallah tingkah nanti" terang deva
rumah rio
"semuanya.. ayo mulai kerja!!!.." kata alvin
"biar lebih tenang, kelompok gue ngerjain di ruang tamu. dan kelompok alvin ngerjain di taman." terang deva
"kelompok gue dimana?" tanya rio
"ya lo disini lah yo.. ini kan kamar lo.."
"ngga mau! gue mau bareng sama kalian,,,"
"eits... ngga bisa nanti lo nyontek lagi. udah yuk akh.." kata deva,
alvin keke deva zevana pun pergi meninggalkan rio dan sivia berdua di kamar.
tapi, mereka bukannya mengerjakan tugas malah menguping pembicaraan rio dan sivia dari balik pintu.
"hei.. kalian mau ngerjain tugas ini ngga sih?" kata keke marah
"akh lo ini tenang napa. tugas ini kan ntar lusa dikumpulinnya." kata alvin
"iya.. ini tuh penting banget tau.." lanjut deva
keke dan zevana mendengus sebal dan langsung pergi ke taman
di kamar rio. sepertinya bibir mereka terkunci sehingga tidak ada yang memulai pembicaraan 1 pun. tapi akhirnya rio memberanikan diri untuk berkata dulu.
"apa yang mesti kita mulai?" sivia yang daritadi terdiam pun merasa senang karena akhirnya rio bicara..
"kita harus menggunting kertas lipat ini terlebih dahulu" kata sivia.
mereka berdua pun menggunting kertas lipat untuk dijadikan bahan tugas mereka..
tapi,, entah mengapa tiba tiba sivia menjerit histeris...
"aww!!!!" teriaknya nyaring
alvin dan deva yang ada dibalik pintu pun ikut kaget dan mengira ngira apa yang terjadi di dalam..
"nah lo.. kenapa tuh si sivia.." kata alvin
"si rio ngga mungkin berbuat macam macam kan??" terkah deva, alvin pun langsung menjitak kepala deva agar pikiran buruknya hilang.
"lo ini!! rio ngga segila lo... dia masih waras,,," bela alvin, deva hanya mendengus dan mengelus elus kepalanya yang masih sakit
di kamar rio,, rio pun ngga kalah kaget dari alvin dan deva. dengan buru buru dia menanyai apa yang terjadi..
"lo kenapa??"
"tangan aku.. tangan aku berdarah"
rio kaget melihat darah bercucuran dari tangan sivia, sepertinya tangan sivia tergunting, dengan sigap rio mengambil kotak P3K di lemari kamarnya, dan rio mengobati luka sivia dengan gaya dokter yang sudah ahli..
"sini.. biar aku perban.. nanti lukanya bercucuran terus" kata rio sambil memegang tangan sivia
akhirnya rio pun berhasil menutup luka tersebut dan sepertinya rasa sakitnya telah hilang karena sivia tidak lagi menangis..
"makasih ya.."
"iya sama sama,, udah ngga sakit kan?"
"sedikit.. tenang aja.."
"bagus lah.. tugas ini biar gue yang ngerjain, lagian lusa baru dikumpulin kan?"
"ngga ngga,, ini kan tugas kelompok.."
"udah gapapa.. lo mau tangan lo nambah parah..." sivia pun akhirnya menurutin perkataan rio, dan lagi lagi mereka terdiam untuk beberapa saat... kayknya ngga ada topik yang harus mereka bicarakan
"via.. tunggu bentar.. gue ngambil minum dulu" kata rio sambil berlalu meninggalkan sivia.
ketika rio membuka pintu.. dia melihat 2 makhluk yang sepertinya sudah ada sejak lama dari balik pintu itu.. mereka berdua pun terlihat kaget dan langsung senyum senyum ngga jelas yang bikin siapapun yang melihatnya bakal langsung miris perasaannya,,
"kalian ngapain disini??" kata rio
"hehe.. kita... kita lagi nyari........" kata deva terbata bata
"nyari apa? kalian nguping ya??"
"ngga ngga!! enak aja.. kita nyari gunting.. iya gunting... gunting kita ilang,, kita mau minjem ke kamar lo, eh lo malah ngebuka pintu duluan..." kata alvin mencari alasan,, tapi kayaknya keberuntungan ngga berpihak ke mereka berdua.. kerena saat itu zevana dan keke datang dengan wajah yang sedikit sangar.
"kalian ini mau ngga sih ngerjain tugas ini... kalau ngga kita mau pulang aja.." kata zevana kesal
"loh?? bukannya mereka lagi nyari gunting?"
"gunting??" zevana dan keke saling berpandangan, alvin dan deva berdoa agar mereka bisa diajak kompromi tapi doa mereka ngga terkabul
"gunting apaan!! mereka dari tadi tuh nguping pembicaraan lo ma sivia..." giliran keke membuka kedok mereka,
rio dengan muka sedikit kesal menarik deva dan alvin agar berdiri dan menyeret mereka ikut ke dapur..
"ampun yo.... lo mau ngapain kita?? masa lo mau goreng kita bertiga idup idup?" kata deva memelas
"salah lo sendiri!! main nguping aja.."
"kita kan mau tau perkembangan lo ma sivia.."
"perkembangan apa?? sivia malah berdarah tangannya... ini bukan yang awal yag baik.."
"jadi sivia teriak karena tangannya luka?" rio mengangguk
"ini kan bukan kesalahan lo..."
"tapi gue udah lalai buat ngejaga dia..."
alvin dan deva pun memutar kepala mencari solusi..
"udah lah yo.. dia kan udah ngga ngeluh lagi..."
"iya sih.."
"ya udah.. kita balik ke kamar.. kasian si sivia.."
mereka pun balik ke kamar,, mereka merasa heran, sivia sedang melakukan apa di meja belajar rio, dia terlihat seperti serius sekali sehingga tidak menyadari ada mereka di belakang..
ingin deva mengagetkan sivia tapi rio melarangnya..
"via.. sedang apa kamu??" kata rio yang membuat sivia sedikit terkejut, dia memegang sebuah botol yang tampaknya rio kenal.
"botol apa itu??" sambil mengambil dari lengan sivia
"sorry yo... bukan maksud aku...."
"lo ini ngga sopan ya vi!! itu kan barang rio lo main ngambil aja tanpa ijin.. ini sama aja kayak lo nyuri!!" bentak alvin
"udah gapapa lagian dia ngga bawa pulang kan??" bela rio
"aku cuma mau nanya, tadi aku ngga sengaja liat kotak P3K kamu, ternyata disana banyak banget obat yang namanya aneh aneh, sebenarnya kamu sakit apa sih yo?"
"gue ngga bisa ngasih tau lo..." kata rio berpaling
"emang kenapa?? kenapa cuma pihak guru aja sama alvin deva yang boleh tau? kamu anggap temen sekelas kamu apa? batu?" teriak sivia
"via!! lo ini kenapa sih? kalau rio bilang ngga ya udah ngga.. lo ngga usah maksa gini.. gue ngga nyangka ternyata cewek secantik lo bisa berbuat kayak gini!!" bentak deva
"via... asal lo tau.. gue ngga mau ngasih tau hal ini ke kalian karena gue ngga mau kalian khawatir dan terlalu care ke gue nantinya. dan kalo lo tetep maksa ada apa dengan diri gue, gue bakal ngasih tau lo begitu acara perpisahan tiba!!" sivia agak tersentak melihat rio malah, dia pun menundukan kepala
"maaf yo, bukan maksud aku mau maksa kamu, tapi aku penasaran banget. siapa tau aku bisa bantu karena ayah aku adalah dokter" kata sivia penuh rasa bersalah
"udah gapapa, gue udah janji ke lo..." kata rio sambil tersenyum
"huh.. rio rio lo emang terlalu baik jadi orang..." kata alvin
disekolah,,
wali kelas rio, bu ira mengumumkan akan ada jadwal tambahan pelajaran karena sekitar 1 minggu lagi seluruh siswa kelas 9 SMP akan menghadapi ujian nasional. seluruh anak anak semangat untuk mengikuti kegiatan tersebut, termasuk rio dan kawan kawan
"bentar lagi UN,, gimana kalau kita belajar bareng?" usul deva
"wah,, tumben lo mau belajar, biasanya lo nebeng nilai mulu" ejek alvin
"weis.... ini beda!! ini nentuin gue bakal lulus atau ngga, gue mau belajar bener bener sekarang"
"hmpp.. gue setuju sama niat deva kita perlu belajar bareng untuk melatih kemampuan kita dari sekarang, biar nanti ngga nyesel.." kata rio
"wah yo.. lo emang 1 hati sama gue.."
"kita ajak sivia sama zevana juga ya.." usul alvin
"ngapain ngajak mereka sih?" ucap rio protes
"lo ini.. mereka kan udah jadi bagian dari kita..."
akhirnya rio pun setuju dan mereka segera mengajak sivia dan zevana untuk ikut belajar bareng. mereka pun merespon kegiatan tersebut dengan baik, kegiatan belajar bersama ini akan diadakan dirumah sivia,
"nanti sore kita ke rumah lo ya vi.." kata alvin, sivia pun mengangguk
"sediain makanan yang banyak ya..." usul deva, rio dan alvin pun kompak menjitak kepala anak tersebut.
"lo ini niat mau belajar atau mau ngenyangin perut lo yang kayak ikan paus itu sih!!" protes alvin
"akh lo ini belajar kan perlu makanan juga..." bela deva, yang lain memilih diam daripada harus ikut campur pembicaraan yang ngga penting ini
sore harinya di rumah sivia.
"wah vi.. rumah lo enak banget ya.. tamannya ini bikin gue betah" puji alvin
"huh.. niat mau belajar apa mau tidur di taman ini sih!!" ucap deva balas dendam, bila rio tidak menengahi, mungkin taman sivia ini akan jadi medan perang untuk mereka berdua
"udah udah.. kita mulai belajar aja, daripada bertengkar ngga jelas gini.." ujar rio
"iya bener! kita mulai dari pelajaran apa?" giliran zevana angkat bicara
"biologi!!!" ucap rio dan sivia berbarengan, alvin deva dan zevana langsung kaget begitu mendengar perkataan mereka. sivia langsung tutup mulut dan rio seperti salting, entah karena apa.
"jodoh emang ngga kemana,,," ucap deva
"apaan sih lo.. cuma kebetulan doang" sergah rio
"iya bener, aku ngga janjian ma rio loh.." ucap sivia polos
akhirnya setelah melalui rangkaian acara yang ngga penting mulai dari menjodohkan rio dan sivia, pertengkaran alvin deva yang kayaknya tetep jadi topik dimanapun mereka berada, sampe niat ngurung rio dan sivia di kamar sivia!!
akhirnya mereka pun selesai belajar bersama tersebut
"yakh lumayan lah.. otak gue rada rada ada pencerahan dikit.." ucap deva bangga
"nyampe rumah juga gelap lagi dev.." canda rio.
mereka tertawa bersama, mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah karena mereka telah memilih sekolah masing masing. begitupun dengan rio, dia memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di manado..
"udah sore, kita pulang yuk.." ajak rio,
"ok... cuaca juga rada mendung..."
akhirnya rio cs pun pulang, diperjalanan rio, alvin, deva harus jalan terlebih dahulu untuk mendapatkan trasnportasi sebenarnya mereka bisa nebeng mobil zevana tapi mereka sedikit gengsi. jadilah mereka jalan kaki. ditengah perjalanan, tanpa mereka sadari hujan turun dengan lebatnya, mereka pun belum sampai atas karena perjalanan memang agak jauh dari perum sivia untuk ke atas. mereka sedikit panik terutama rio. mereka pun mencari tempat untuk berteduh tapi hasilnya nihil mereka terus berlari dan akhirnya mereka sampai di tempat yang bisa dipakai untuk berteduh, mereka basah kuyup. basah sekali muka mereka terlihat seperti lelah,, rio pun begitu, muka rio pucat sekali dia seperti sedikit tidak sadar, alvin dan deva pun panik melihat keadaan rio
"yo.. lo ngga apa apa?" tanya deva
"ngga.. gue cuma kedinginan.."
"muka lo pucat banget yo,, biar gue telepon bokap lo ya.." usul alvin
"ngga usah,, gue gapapa" dengan nada yang pelan
"ngga ngga.. lo harus jaga kondisi lo yo.. bentar lagi kita mau menghadapi UN, jangan sampai lo sakit cuma gara gara kehujanan.. gue bakal telepon bokap lo.." kata alvin, dia pun menelepon ayah rio, setengah jam kemudian mobil ayah rio tiba, rio pun masuk ke mobil, alvin dan deva pun ikut, mereka mengucapkan seribu kata maaf kepada ayah rio karena tidak bisa menjaga rio.
"sudah.. jangan menyalahkan diri kalian, ini bukan salah kalian" kata ayah rio
rio yang masih terlihat lemas, diberi beberapa obat yang tampaknya sangat berarti bagi hidup rio. dia tidak mampu berkata apa apa, hanya senyum saja yang bisa dia perlihatkan. alvin dan deva masih merasa bersalah atas kejadian ini.
besoknya di sekolah rio tidak masuk sekolah.
alvin dan deva menceritakan kejadian tadi sore kepada sivia, sivia terlihat kaget dan langsung usul agar pulang sekolah menjenguk rio. mereka pun setuju, sebelum ke rumah rio mereka menyampatkan membeli berbagai buah buahan untuk rio.
dirumah rio,
"rio sedang di rumah sakit.. dia tidak ada di rumah" kata penjaga rumah rio
alvin, deva dan sivia langsung kaget dan khawatir begitu tau rio ada di rumah sakit, mereka pun meminta alamat rumah sakitnya dan langsung pergi kesana.
dirumah sakit, mereka melihat rio sedang tertidur. muka dia begitu pucat, sivia langsung meneteskan air mata melihat keadaan rio. alvin deva hanya bisa menahan air matanya karena tidak ingin melihat rio kecewa. 10menit kemudian, rio pun tersadar, dia senang melihat sahabat sahabatnya ada di sampingnya
"kalian udah lama disini?" ucap rio lirih
"ngga yo.. gimana keadaan lo? gue sama alvin ngerasa bersalah banget.. kalo saja kita bisa cari tempat berteduh dengan cepat, lo ngga mungkin ada disini" kata deva sedih
"ini bukan salah lo... udah ngga apa apa. kalian ngga usah mikirin gue, kalian fokus belajar aja, karena un sebentar lagi"
"gimana dengan kamu?" tanya sivia
"aku ngga pingin liat kamu nangis, aku ngga suka liat cewek nangis, gue tetep ikut un kok tapi ngga di sekolah. melainkan disini. kalian pikirin aja diri kalian, gue ngga mau nilai kalian jelek cuma gara gara khawatir sama gue" ucap rio
alvin dan deva langsung memeluk rio, rio pun hanya tersenyum.
sivia pun menahan air matanya agar tidak tumpah.
mereka pun pulang karena jam besuk sudah habis..
akhirnya UN pun tiba,, seluruh anak kelas 9 SMP idola mengerjakan soal soal tersebut dengan teliti. begitupun dengan rio, walaupun dia mengerjakan di rumah sakit dan tetep dengan pengawasan yang ketat dia tetap mengerjakan dengan sungguh sungguh.
setiap pulang sekolah, alvin cs pun selalu menjenguk rio. mereka melihat keadaan rio sedikit agak membaik, di satu sisi mereka takjub kepada rio walaupun dengan keadaan seperti ini dia tetap ingin mengikuti un dengan baik. rio adalah salah 1 murid terpandai di smp idola, oleh karena itu dia disukai oleh para guru maupun anak anak di sekolah.
4minggu setelah un selesai, ini adalah saat yang sangat menegangkan karena hari itu adalah pembagian kelulusan, rio masih berada di rumah sakit, dokter tidak mengijinkan rio pulang karena keadaan dia belum stabil, kemarin malam rio kembali drop dan sedang mengalami masa kritisnya, alvin dan deva pada saat itu berada di rumah sakit karena permintaan rio, rio ingin ditemani oleh mereka berdua. alvin dan rio tidak mampu membendung air matanya lagi begitu dokter bicara keadaan rio paling parah adalah malam ini dan disuruh berdoa. ayah rio langsung berdoa tiada henti begitupun deva dan alvin. karena waktu telah malam dan besok mereka harus mengambil kelulusan, ayah rio menyuruh mereka pulang, tapi mereka tidak mau. ayah rio tetap memaksa dan akhirnya mereka menurut karena ayah rio janji akan memberitahu keadaan rio pada pagi hari.
pagi harinya deva dan alvin langsung menerima sms dari ayah rio, setelah membaca sms tersebut mereka tidak mampu berkata kata lagi mereka pergi sekolah dengan hati yang tidak tentu.
dan seperti biasa, saat pembagian pengumuman di umumkan 10 the best dari seluruh kelas. saat pengumuman the best pertama sang guru langsung menyebutkan nama rio, tepuk tangan menggema di seluruh aula kelas..
alvin dan deva hanya bisa tersenyum yang sepertinya dipaksakan karena rio tidak ada disini. sivia pun terlihat senang sekali..
"rio hebat banget! kita aja yg ngerjain soal tersebut dalam keadaan sehat tidak masuk the best, sedangkan dia dalam keadaan sakit dapat menyabet gelar the best pertama.. aku takjub baget.." kata sivia dengan mata berbinar, alvin dan deva hanya tersenyum, lagi lagi senyum yang dipaksakan.
"kalian kenapa? kita ke rumah sakit... kita kasih tau kabar baik ini..." kata sivia
"ki...kita tidak perlu ke rumah sakit.." kata deva terbata
"kenapa? rio sudah pulang ya??"
"kita bicarakan ini di rumah aku aja" kata alvin
sorenya di rumah alvin, seperti yang sudah dijanjikan mereka akan membahas rio di rumah ini.
alvin dan deva dengan aura muka yang terlihat sedih semakin membuat sivia terheran heran, dalam benak dia mungkin mereka sedang ngerjain dia karena rio janji sesudah pengumuman kelulusan, rio akan memberitahu apa penyakit rio, jadi sivia tidak berpikir yang aneh aneh,
"kalian ini kenapa sih?? kalian harusnya senang kalau sahabat kalian udah jadi the best pertama, itu hal yabg sangat luar biasa loh.. apalagi rio sedang dirumah sakit saat itu, kenapa muka kalian terlihat sedih? jangan jangan kalian iri ya? ngga boleh gitu akh.." ujar sivia cerewet, deva dan alvin hanya diam saja. entah apa yang disembunyikan dari mereka..
"hello... kalian ini!! mana rionya? dia punya janji kan ke aku? udahan deh main mainnya.. rio dimana? jangan jangan dia sembunyi ya? sembunyi dimana? ayo dimana?"deva dan alvin lagi lagi tidak menjawab, sivia kesal melihat tingkah mereka berdua..
"sebenarnya buat apa kalian ngundang aku kesini? kalau aku di diemin gini!! mana rio, kalian ini jahat banget sih!! kalau gini terus, aku mau pulang aja..." sivia melangkahkan kaki keluar dari kamar alvin, alvin pun berkata pelan
"tunggu, kita bakal ceritain ke lo.." ujar alvin, sivia pun berbalik
"gitu dong... cepat cerita.."
alvin dan deva masih terlihat bingung, mereka ngga tau harus ngomong apa, tapi sivia harus tau hal ini walaupun ini sedikit bohong
"sebenernya rio sudah tau kalau dia jadi the best pertama, dia seneng banget dengernya....." ujar deva
"oh iya? bagus kalau gitu, sekarang, mana rio?" pertannyaan yang langsung seperti menusuk ke jantung ini, membuat deva dan alvin bingung untuk menjawabnya
"rio... rio sekarang udah...................." ujar alvin terbata
"iya dimana?"
"dia sudah pindah ke manado.." deva melongo tak percaya, sivia pun tak kalah kagetnya. alvin langsung menutup mulutnya, dia ingin mencabut perkataan tadi kalu bisa tapi itu mustahil.
"hah? ngga mungkin!! dia punya janji ke aku, dia ngga mungkin ingkar... kalian pasti bohong. iya kan? bilan kalau kalian bohong.. aku paling ngga suka dibohongi!!!" sivia pun mulai menangis, bagi dia dibohongi adalah hal yang paling menyebalkan yang pernah diia alami
"kita ngga bohong.. tapi rio janji, bulan depan dia akan kembali untuk memberitahu semuanya.."
"ngga mau! janji adalah janji, dia janji sesudah kelulusan akan memberitahu hal ini!! tapi dia malah pergi gitu aja.. tanpa bilang bilang, ngga nyangka! aku kira rio adalah cowok yang baik tapi ternyata perkiraan aku meleset tajam! kasih tau dia, aku kecewa sama dia!!!" ujar sivia dia pun lari meninggalkan kamar alvin masih dengan tangisannya
kamar alvin kembali sepi, hanya cahaya lampu alvin yang menerangi kamar alvin dan detak suara jam yang seprtinya sulit untuk dihentikan. deva dan alvin hanya bisa termenung, meratapi apa yang sudah terjadi. jika rio ada mungkin dia akan memberikan nasihat atau kata kata bijak yang bikin semua orang langsung bersemangat lagi. tapi sekarang keadaannya lain, semua udah berubah. jika waktu bisa diputar, rasanya alvin dan deva ingin menarik waktu tersebut..
"vin.." ucap deva lirih
"apa?" jawabnya singkat
"kenapa lo bohong ke sivia?" alvin langsung bangun dari tidurnya, begitu pun deva.
"ini yang terbaik dev.. lo mau sivia tau?"
"ngga juga sih.. tapi gue ngerasa bersalah sama dia". alvin pun menganggukkan kepala tanda setuju
mereka tidak lagi melanjutkan perbincangan tersebut, karena mereka lelah.. lelah sekali menghadapi hari ini dan mungkin hari hari selanjutnya..
deva pun memutuskan untuk menginap dirumah alvin karena waktu sudah sedikit malam.
besoknya disekolah, mereka sudah tidak terlihat lesu lagi. mungkin karena mereka sudah bisa sedikit menerima. tapi lain seperti sivia, dia sepertinya masih marah gara gara hal kemarin
"sivia.. tunggu! gue mau ngomong!!" teriak deva sambil berlari
"vi... deva manggil kamu, kenapa kamu lari sih?" tanya zevana
"aku marah sama mereka!!"
"marah kenapa?"
"mereka,, sama rio udah ingkar janji sama aku.." kata sivia dengan nada sedikit membentak
"r.. rii.. rio maksudmu?" ujar zevana terbata
"iya!! kenapa?"
"gapapa, gue ke toilet dulu bentar.." kata zevana langsung kabur, sivia heran melihat tingkah zevana
dikelas, zevana langsung mencari deva dan alvin. dia ingin menanyakan kenapa menyembunyikan hal ini dari sivia..
"deva, alvin!!" teriak zevana, mereka pun menoleh
"kenapa sih?"
"kenapa lo nyembunyiin ini dari sivia?"
"maksud lo?" kata deva ngga ngerti
"tentang rio.."
"hah? darimana lo tau?"
"gue tau dong... mamah gue kan temennya papahnya rio.. pihak sekolah juga tau, kayaknya bakal ngomongin hal ini besok. sumpah gue kaget banget denger kabar ini, gue gg bisa semaleman"
"kita harus bertindak!! pulang sekolah kita kasih tau sivia yang sebenarnya" tekad deva
"tapi dev...."
"tapi apa vin!! lu mau nyembunyiin hal ini sampai kapan? kalau sivia tahu hal ini besok, dia bakal tambah marah ke kita! gue gg mau hal itu terjadi! setuju gg setuju, kita bakal kasih tau sivia begitu pulang sekolah! zevana, lo ikut gue.." ujar deva berapi api, zevana pun menurut
pulang sekolah, seperti biasa sivia langsung kabur begitu melihat batang hidung alvin dan deva. tapi zevana berhasil mencegahnya..
"lo mau tau dimana rio? ikut gue sekarang" ujar deva
mereka pun pergi menuju rumah rio, sesampainya disana sivia heran buat apa dia dibawa kesini tapi karena ini rumah rio jadi dia senang. tapi begitu dia masuk halaman rumah rio. dia melihat ada suasana yang tidak seperti biasanya, sivia mulai bertanya tanya dalam hati apa yang terjadi? berjuta juta pertanyaan menyelimuti hati sivia. tapi, pertanyaan itu akan segera terjawab
"selamat siang om.." ujar alvin
"siang anak anak" jawabnya, mata ayah rio terlihat bengkak. seperti kurang tidur. papah rio pun menyilahkan mereka masuk.
"pasti ini sivia.." tebak papah alvin
"iya om.. kok om tau?"
"rio cerita banyak tentang kamu"
"oh gitu.. rionya mana om?"
alvin deva zevana hanya bisa terdiam dan menundukkan kepalanya.
"rio itu anaknya rajin dan pintar, tapi dia susah untuk diingatkan. om sampai bingung harus gimana. tapi disisi itu rio anak yang pengertian, dia tidak ingin melihat orang lain menderita." ujar papah rio, sivia sedikit tidak mengerti dengan perkataan ayah rio..
"terus rio mana om?" pertanyaan itu keluar dari mulut sivia lagi
"rio pun menderita penyakit jantung dari kecil, tapi sifat dia tidak pernah berubah. dia tetap semangat, dia tetap suka bermain bola, bermain basket, sepertinya anak anak lainnya. dia pun sering drop dan harus ke dokter dan ke dokter. tapi sifat dia tetap tidak berubah dia tetap semangat dan tidak pernah mengeluh akan penyakitnya. dia pun yang menyuruh om untuk merahasiakan penyakitnya kepada teman teman sekolahnya." ayah rio mulai meneteskan air mata, deva alvin zevana pun begitu. sivia seperti sudah mengerti akan hal ini pun turut meneteskan air mata.
"hingga pada suatu hari, keadaan dia makiin melemah dan melemah. dia harus rawat intensif di rumah sakit dan harus mengikuti ujian dengan keadaan seperti itu. tapi dasar anak rajin, dia tetap belajar serius, senyumnya, candanya, masih melekat dalam diri rio walau keadaan dia seperti itu. om bangga punya anak seperti dia. tanpa disadari, tengah malam kondisi rio dalam keadaan yang palin parah. dokter berkerja sekeras mungkin. om, alvin, dan deva hanya bisa berdoa, berharap tuhan memberi yang terbaik buat rio. tapi, tuhan berkehendak lain, nyawa rio tidak terselamatkan dan dia harus pulang menemani ibunya di surga sana" kalimat terakhir ayah rio membuat sivia kaget dan tidak percaya dia langsung pergi dan lari keluar, alvin deva zevana pun menyusul sivia yang ternyata pergi ke taman
"vi.. tenang gue tau lo sedih, kita semua juga kayak gitu, lo ngga boleh nangis.." kata zevana menenangkan
"sebenernya vi, rencanaya rio bakal nembak lo hari ini juga.. tapi, kenyataan berkata lain..." ujar alvin
"aku aku... juga sebenernya suka dia dari pertama aku masuk kelas. tapi, kenapa kejadian ini cepat sekali.. kenapa dia pergi sebelum nepatin janjinya ke aku.. kenapa??????? dari dulu aku mimpiin rio bakal jadi cowok aku, mimpi aku udah akan jadi kenyataan. tapi kenapa ini terjadi??? rio orangnya baik kenap harus secepat ini???" ujar sivia sambil menangis, zevana memeluk sivia agar tenang
"semuanya udah terjadi vi.. kuta ngga boleh bikin rio kecewa disana. dia ngga suka liat kta nangisin dia. kita haruus tegar!!! rio yang sakit aja lebih tergar dari kita.. masa kita ngga bisa?? kita ngga boleh bikin rio kecewa!! kita harus bikin rio tersenyum di atas disana!!" ujar deva sambil teriak
"iya!! dimana pun rio, dia dalah idola kami dan sahabat kami!!" teriak alvin
"rio.. aku janji, aku akan jaga sivia biar kamu bisa tenang nanti.. aku janji rio!!" ujar zevana
"aku... aku akan tetap mencintai kamu rio, sampai kapan pun.." ujar sivia
"KITA SAYANG KAMU RIO!!!!!" ujar mereka serempak
READMORE....!!