Pages

Jumat, 22 Juni 2012

The Chance

<!--[if gte mso 9]> Acer Aspire 4736Z Acer Aspire 4736Z 2 112 2012-06-23T06:02:00Z 2012-06-23T06:02:00Z 4 953 5434 Grizli777 45 12 6375 12.00 <![endif] -->
THE CHANCE
Sudah 2 jam ini, bumi menumpahkan air matanya. Ya, sama dengan aku, sudah 2 jam pula aku menangisi kedua orang tuaku untuk kesekian kalinya. Entahlah, aku masih belum bisa menerima ini, kecelakaan itu telah merenggut kedua orang tuaku, dan kedua mataku ini.
Semenjak itu, hidupku seperti sudah berakhir. Tidak ada lagi warna dalam hidupku, hanya hitam, hitam, dan gelap yang aku rasakan setiap hari. Entah apa maksud Tuhan memberikan cobaan ini kepadaku, untuk menguji seberapa kuat kesabaranku? Atau untuk membuat aku menderita? Jika itu jawabannya, aku lebih baik mati. Ya, mungkin mati adalah pilihan terbaik untukku.
“Angel, waktunya untuk makan malam..” suara suster Arlin mengagetkan aku, dia adalah suster khusus yang ditugaskan untuk menjaga aku. Dia mempunyai tubuh yang langsing, dan rambut yang lurus, suara dia pun enak untuk di dengar. Tapi, percayalah, siapapun akan menutup telinganya bila dia sudah mengomel.
bisa tolong ketuk pintu dulu sebelum masuk, suster?” tanyaku ketus. Ia hanya mengelus rambutku, itu berarti dia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dia pun langsung menyuapiku. Makanan malam ini enak, tidak seperti biasanya.
suster, kau terlalu cepat memasukkan makanan ke dalam mulutku, aku belum selesai mengunyahnyaprotesku, suster Arlin pun merubah cara menyuapiku menjadi lebih lambat. Dalam hati, aku ingin makan sendiri, aku tidak mau disuapi karena aku bukan bayi lagi. Tapi, apa yang bisa dilakukan oleh seseorang yang buta seperti aku?
Dengan mataku yang buta ini, aku merasa menjadi makhluk yang tidak berguna, aku tidak bisa melakukan apapun. Bahkan, untuk naik ke tempat tidur pun, terkadang aku perlu bantuan orang lain. Hidup yang sangat tidak berguna.
***
Iblis itu telah masuk ke dalam tubuhku, tubuhku yang lemah ini. Akal sehat pun tidak aku miliki lagi. Ya, rasa bosan aku akan hidup ini akhirnya akan berakhir saat ini juga, iblis dalam tubuhku ini memaksa aku untuk memotong nadiku sendiri, melampiaskan kekesalanku kepada Tuhan karena telah mengambil kedua orang tuaku dan sepasang mataku ini yang membuat hidupku menjadi tidak bermakna lagi.
Tanganku sibuk mencari cari benda tajam yang sekiranya bisa aku pakai untuk melakukan aksi nekatku ini, entah sudah berapa banyak suara pecahan yang aku timbulkan karena tanganku bergerak sejadinya. Iblis itu benar benar sudah menguasai tubuhku ini, seakan aku ini robot yang hanya bisa dikendalikan olehnya. Akal sehatku tidak bisa menolongku. Tubuhku benar benar kacau, sangat kacau.
Sampai akal kotorku berpikir untuk mengambil pecahan beling dari barang yang sudah aku pecahkan. Lagi lagi, tanganku bergerak sejadinya mencari pecahan beling itu, sampai aku merasakan perih yang tak terkira, aku yakin tanganku sudah terkena pecahan itu dan aku bisa merasakan darah segar mulai menetes dari tanganku, aku tidak peduli. Aku malah tertawa senang, karena akhirnya penderitaan aku akan berakhir saat ini juga.
Dibalik kesenangan ini, dengan darah segar yang masih aku rasakan menetes dari tanganku, dunia menjadi berputar, mungkin akan ada gempa, dan tiba tiba saja, aku tidak sadarkan diri. pingsan.
***
Saat aku terbangun, aku merasa sudah lebih baik. Tapi, aku sudah tidak merasakan tetesan darah lagi, dan rasa pusing ini juga telah hilang. Aku mencoba mengingat ingat apa yang terjadi, tapi tidak bisa. Otakku terlalu lelah untuk bisa mengingat hal ini.
dasar anak bodoh!!” suster Arlin datang dan langsung menamparku, tamparan yang sangat sangat keras itu telah mengagetkan aku sekaligus melukai hatiku
suster, kau.. kau menamparku, apa salahku?”
apa salahmu?? Kau masih belum sadar apa salahmu?! Kau ini pura pura bodoh, atau memang kau benar benar bodoh Angel!!” suara suster Arlin sangat tinggi sekali, tanpa perlu aku Tanya, pasti dia sedang marah besar. Tapi, apa salahku? Aku masih belum mengerti tentang ini.
kau.. kau mencoba untuk bunuh diri anak bodoh!” sekali lagi, suster Arlin mendorong bahuku, hingga aku hampir terjungkal jatuh dari tempat tidurku.
Marah? Entahlah, tidak ada perasaan itu dalam diriku atas sikap suster Arlin kepadaku saat ini. Aku hanya bisa berdiam diri, menunduk, dan tanpa sadar air mata menetes dari kedua mataku yang buta ini.
kemana akal sehatmu Angel?! Kemana??! Apa kau pikir dengan bunuh diri, segalanya akan selesai? Begitu?” aku menganggukkan kepalaku.
ah, dasar anak bodoh. Bila orang tuamu masih hidup, mereka akan menyesal karena telah melahirkan kau ke dunia ini!” tanpa perlu pengulangan, kata kata itu berhasil membuat hatiku tersakiti untuk kedua kalinya.
tidak! Mereka akan bangga, bangga suster! Karena, niat aku untuk melakukan hal ini, karena aku ingin menyusul mereka ke surga!” balasku
surga? Surga katamu?” suara suster Arlin berpadu dengan tawa yang mengejek.apa kau pikir, dengan bunuh diri, kau akan masuk surga? Iya?! Tidak Angel, tidak! Orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, akan masuk ke dalam neraka! Disiksa selama bertahun tahun disana! Dan kau tahu apa, kau tidak akan pernah bisa bertemu dengan orang tuamu di neraka sana!!” lagi lagi, kata kata suster Arlin membuat emosiku bertambah naik, bila mataku tidak buta, aku akan melemparkan benda tajam kepadanya agar dia bisa menutup mulutnya untuk selamanya! Tapi, di satu sisi, akal sehatku setuju dengan apa yang dikatakan suster Arlin itu.
sudahlah, percuma aku menasihatimu. Sekarang, terserah kau ingin melakukan apapun, percayalah. Orang tuamu disana akan sedih melihat tingkahmu kemarin, mereka akan menangis di surga sana. Dan kau tahu, kenapa orang tuamu memberikan nama Angel untukmu? Karena mereka yakin, kau akan menjadi malaikat yang akan selalu menjaga mereka, dimanapun mereka berada.” Suster Arlin pun menciumku, ciuman yang sangat hangat, kehangatannya masih bisa kurasakan sampai suara langkah kaki suster Arlin menghilang dari pendengaranku.
Aku berpikir, menyesali apa yang telah aku lakukan kemarin, iblis itu telah menghilangkan akal sehatku. Beruntung Tuhan masih memberikan kesempatan untuk aku hidup, Aku pun menangis, menangis menyesal. Menyadari, betapa bodohnya diriku melakukan hal sebodoh itu. Aku tidak ingin melihat orang tuaku menangis di surga sana, aku harus membuat mereka bangga, ya, bangga karena anaknya, walaupun dengan keterbatasan mental mampu menghadapi dunia ini, walaupun tanpa mereka, karena aku yakin sebenarnya mereka selalu mengawasi aku diatas sana.
--> created by: me @diioprananda

0 komentar:

Posting Komentar